Entah mengetahui aturan atau tidak, sopir truk ini tetap mengisi solar subsidi dan tak ada larangan dari petugas SPBU. Padahal selama ini jatah BBM subsidi yang jumlahnya ratusan triliun habis karena salah sasaran dipakai orang tak berhak termasuk industri.
"Setiap hari seperti begini. Kita mengantre sampai dapat (BBM). Karena stoknya memang kurang," kata salah satu sopir truk bernama Rendi tanpa nada bersalah karena mungkin dia tidak mengetahui larangan penggunaan BBM subsidi untuk industri.
Rendi mengungkapkan hal tersebut saat ditemui detikFinance di salah satu SPBU di jalur trans Kalimantan Barat, Pontianak, Rabu (19/9/2012).
Antrean truk-truk industri ini sampai mengular ke jalan luar SPBU. Menurut salah seorang petugas SPBU tersebut, truk-truk tersebut mengantre, dan akibatnya stok solar pun habis dalam sekejap. Jam 07.00 dibuka, jam 11.00 langsung habis.
Stok BBM jenis solar subsidi ini langsung habis, karena setiap truk bisa mengisi hingga 80 liter. "Ada jatahnya, yaitu 80 liter," ujar Rendi.
"Pengisiannya buka jam 7 tutup jam 11 siang. Setiap hari kayak begini, ya mau bagaimana lagi stoknya kosong, pas 8 ton setiap hari," ungkap petugas SPBU tersebut.
Entah siapa yang harus disalahkan melihat kondisi ini. Jatah atau kuota BBM subsidi tahun ini sebesar 40 juta kiloliter (KL) yang nilainya ratusan triliun habis sebelum akhir tahun. Pemerintah pun meminta tambahan kuota 4 juta KL.
BBM subsidi ini memang diperuntukkan kepada orang-orang miskin. Tapi kenyataannya malah orang-orang berduit dan industri yang menikmati. Kenapa BBM subsidi tak diubah menjadi bantuan langsung kepada rakyat miskin agar tepat sasaran?
Hari ini, Ketua Umum Kadin Suryo Bambang Sulisto mengatakan, subsidi BBM tidak tepat lagi. Harga seliter BBM subsidi yang lebih murah dari 1 botol air mineral, sudah tidak masuk akal.
Menurut Suryo, subsidi energi (BBM dan listrik) yang mencapai hampir Rp 300 triliun dinilai terlalu besar, dan habis hanya untuk dibakar.
"Bayangkan kalau Rp 300 triliun tersebut dialihkan ke infrastruktur dan pendidikan. Banyak yang merasakan dampaknya, seperti pembangunan infrastruktur efeknya akan menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan geliat ekonomi, dan pengusaha pastinya akan memanfaatkannya juga. Bandingkan dengan subsidi BBM dan listrik saat ini, ya yang menikmati kita-kita ini (pengusaha) dan orang mampu," paparnya.
Sebelumnya, menurut laporan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas), seringkali terjadi penyelundupan BBM subsidi yang jumlahnya lumayan. Terakhir, ada sekitar 1.700 KL BBM subsidi diduga yang diselundupkan di Kalimantan. Bahkan ada juga oknum aparat keamanan yang juga membekingi BBM subsidi untuk diselundupkan ke industri.
Bahkan Menteri ESDM Jero Wacik mengakui, selama ini penyelundupan BBM subsidi makin banyak karena harga BBM subsidi yang terlalu murah yaitu Rp 4.500 per liter dibandingkan BBM non subsidi sekitar Rp 9.700 per liter.
Jero Wacik tak menampik adanya penyelundupan BBM subsidi. Bahkan menurut Jero, aksi penyelundupan BBM subsidi makin banyak walaupun sudah banyak yang tertangkap. Hal ini salah satunya disebabkan oleh makin lebarnya perbedaan harga antara BBM subsidi dengan BBM non subsidi.
"Kita sudah tangkap mereka, tapi yang menyelundup makin banyak lagi, semakin banyak akal-akalan mereka", kata Jero.
(dnl/hen)
Anda sedang membaca artikel tentang
Waduh, Truk Pengangkut Sawit Antre Beli BBM Subsidi di SPBU Pertamina
Dengan url
http://aloeveraanditsbenefits.blogspot.com/2012/09/waduh-truk-pengangkut-sawit-antre-beli.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Waduh, Truk Pengangkut Sawit Antre Beli BBM Subsidi di SPBU Pertamina
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Waduh, Truk Pengangkut Sawit Antre Beli BBM Subsidi di SPBU Pertamina
sebagai sumbernya
0 komentar:
Post a Comment